Rabu, 16 November 2011

Pengertian Perjanjian

PENGERTIAN PERJANJIAN
PASAL 1313 KUHPdt
 “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang/ lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/ lebih”

Istilah :
 - perikatan ( verbintenis)
 - perjanjian/persetujuan ( overeenkomst)
 Sumber perikatan : 
1. Perjanjian
2. Uu

Kelemahan pasal 1313 kuh pdt
 1. Hanya menyangkut sepihak saja
 “satu orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang /lebih lainnya”
 Kata kerja “mengikatkan” sifatnya dr satu pihak tidak kedua belah pihak. Seharusnya “saling mengikatkan diri” (adanya konsensus antara pihak-pihak)

  2. Kata “perbuatan” mencakup juga tanpa adanya konsensus”
 Pengertian “perbuatan” termasuk tindakan
 - tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming) pasal 1354 kuhpdt.
 - tindakan/perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad ) pasal 1365 kuhpdt. tidak ada unsur persetujuan
 “seharusnya dipakai kata “ persetujuan”

 3. Pengertian perjanjian terlalu luas
 Krn mencakup hal-hal mengenai janji kawin, diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang diatur hanya buku iii kuhpdt. , perjanjian bersifat kebendaan bukan bersifat personal.

 4. Tanpa menyebut tujuan
sehingga pihak-pihak yang mngikatkan diri itu tidak jelas untuk apa. Krn alasan tersebut, maka perjanjian dapat dirumuskan.
“perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana 2 orang /lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”

Perjanjian arti luas:

“ setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki (atau dianggap dikehendaki) oleh dua pihak, termasuk didalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dll”

Perjanjian arti sempit :

Para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, berisi apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum, kesusilaan dan uu.

Siastem terbuka mengandung asas kebebasan berkontrak (pasal 1338 (1) kuhpdt)

‘ semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai uu bagi mereka yang membuatnya”

Dilihat dari sifatnya hkm perjanjian bersifat pelengkap, artinya :

‘pasal-pasal uu boleh disingkirkan, apabila pihak-pihak yang membuat perjanjian menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan pasal-pasal uu.

Syarat sahya perjanjian pasal 1320 kuhpdt

   1. Sepakat
   2. Cakap
   3. Suatu hal tertentu
   4. Suatu sebab yang halal

Asas-asas dalam hukum perjanjian

   1. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK

Pasal 1338 (1) KUHPdt
 “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya."
 Pembatasan : Pasal 1337 KUHPdt
 “perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan UU.”

   2. ASAS KONSENSUALISME
Dalam pasal 1320 KUHPdt , salah satu syarat sahnya perjanjian yaitu : adanya kesepakatan antara para pihak.

   3. ASAS PACTA SUNT SERVANDA /ASAS KEPASTIAN HUKUM
 Perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara sah mengikat/berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya. Asas ini memberikan kepastian hukum bagi mereka yang membuatnya.

   4. ASAS KEPRIBADIAN
 Menunjukkan personalia dalam suatu perjanjian.
 Pasal 1315 KUHPdt
 “Dalam perjanjian pada umumnya hanya mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian”
 Pengecualian pada Pasal 1317 KUHPdt dan pasal 1318 KUHPdt.

   5. ASAS MORAL
Asas ini terlihat dalam perikatan wajar dimana suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontra prestasi dari pihak debitur. 
Perbuatan sukarela (Zaakwaarneming)

   6. ASAS KEBIASAAN
 Diatur dalam pasal 1339 jo 1347 KUHPdt. 
 Pasal 1339 KUHPdt: (kebiasaan umum)
“suatu persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan UU.

Pasal 1347 KUHPdt: (kebiasaan setempat)
“hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukkan didalam perjanjian meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.

   7. ASAS ITIKAD BAIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar